Social Icons

Wednesday, 2 April 2014

BUDAYA SYAWALAN



A.    Asal-usul budayanya
Syawalan / krapyakan / lopisan adalah upacara adat bagi umat Islam yang berada di Pekalongan dan sekitarnya untuk menyaksikan pemotongan LOPIS RAKSASA  oleh Walikota / Pejabat Muspida. Perlu diketahui bahwa, Tradisi Syawalan yang rutin dilakukan oleh masyarakat Kota Pekalongan ini sudah dimulai sejak 130-an tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1855 M. kali pertama yang mengelar hajatan  Syawalan ini adalah KH. Abdullah Sirodj yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso. Adapun silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut : KH Abdullah Sirodjo, putera RA Martoloyo, putera Amir Zahid, putera Amir Sulaiman, putera R Tjondrodimerto, putera R Surodimejo, putera Kyai Bahu Rekso, putera Kyai Ageng Tjempaluk, putera Pangeran Nowo, putera pangeran Haryo Mangor, putera Waliyullah Abdul Muhyi Pamijahan. Beliau wafat di Magelang sedangkan makam beliau terletak dikompleks pemakaman Masjid Payaman Magelang, yang hingga kini makamnya masih banyak dikunjungi peziarah dari segenap penjuru tanah air, khususnya Jawa Tengah, baik pagi, siang, sore ataupun malam hari sepanjang tahun. Adapun Khoulnya bertepatan dengan Syawalan disini (Kota Pekalongan)  yaitu tanggal 8 Syawal tahun hijriyah.
Kembali pada pokok permasalahan, pada tanggal 8 Syawalnya, masyarakat Krapyak berhari raya kembali setelah berpuasa 6 hari, dalam kesempatan ini, merekapun membuat acara ‘open house’ menerima para tamu baik dari manca desa maupun manca kota. Hal ini diketahui oleh masyarakat diluar krapyak, sehingga merekapun tidak mengadakan kunjungan silaturahmipada hari-hari antara tanggal 2 hingga 7 dalam bulan Syawal, melainkan berbondong-bondong berkunjung pada tanggal 8 Syawal. Yang demikian ini berkembang luas, bahkan meningkat terus dari masa ke masa sehingga terjadilah tradisi Syawalan seperti sekarang ini. Demikianlah asal mulanya terjadi Syawalan. Sedikit tentang mengapa beliau wafat dan dikebumikan di Magelang : Kota Pekalongan, tepatnya Krapyak ini, beliau pernah mendirikan suatu organisasi untuk menggembleng para pemuda, baik jasmani maupun rohani mereka guna menghadapi penjajah Belanda, organisasi tersebut bernama WAROQOTUL ISLAM. Namun sayang seribu sayang, baru ditengah perjalanan, hal terendus oleh penjajah Belanda dan tak ayal pemerintahan Belanda memerintahkan untuk menangkap KH Abdullah Sirodj hidup atau mati. Oleh para santrinya, beliau diamankan di Magelang. Ditempat pengungsian ini beliau meraih berbagai kesuksesan diberbagai bidang. Dan pada gilirannya beliau dipinang untuk dijadikan menantu oleh Bupati Magelang pada saat itu dan dijadikan sebagai kepala RAT Igama (sekarang Kepala Kantor Departemen Agama). Akhirnya beliau wafat di Magelang. Semasa hidupnya KH Abdullah Sirodj akrab dipanggil dengan sebutan Mbah Agung Sirodj. ( Sumber Kantor Pariwisata & Kebudayaan )

B.    KEUNIKANNYA

Pada upacara adatnya dilaksanakan pemotongan LOPIS RAKSASA yang mempunyai ukuran diameter 150 cm, berat  185 kg dan tinggi 110 cm, diselenggarakan 1 minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Dan masyarakat sekitar membuat acara ‘open house’ menerima para tamu baik dari manca desa maupun manca kota. Dan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Rangkaian acara dalam kegiatan ini terdiri dari Ngarak Tumpeng Nasi Megono (Megono Gunungan) setinggi 2 meter, dan diakhiri dengan makan nasi megono gratis bagi para pengunjung. Kemudian ada penerbangan balon, balon disini bukan balon Udara yang bisa ditumpangi, tetapi balon yang diisi asap hitam dan digantungi petasan. Acara ini juga menjadi primadona di Kota Pekalongan ketika Syawalan. Dimulai dari jam 6 kurang, langit di Kota Pekalongan sudah ramai dengan balon-balon dari beberapa desa dan kelurahan di Kota Pekalongan. Dan suara petasan sudah mulai terdengar pada waktu itu. Balon ini ada yang dibuat dengan plastik yang biasa untuk persawahan dan ada yang dibuat dengan kertas yang biasa dipakai untuk membuat Layang-layang. Acara ini juga menjadi acara yang ditunggu-tunggu warga Pekalongan, dari anak-anak kecil sampai orang tua ikut meramaikan penerbangan balon ini. Yang ditunggu-tunggu dari balon ini terutama adalah suara Petasannya yang menggelegar. Selain itu, desain dari balon kertas yang indah juga menjadi hal yang ditunggu-tunggu.

C.     NILAI NILAI SEJARAH LOKAL YANG MELATARBELAKANGINYA

Budaya upacara adat syawalan  melatarbelakangi nilai nilai sosial diantaranya seperti masyarakat sekitar membuat acara ‘open house’ menerima para tamu baik dari manca desa maupun manca kota, mereka saling bersilahturahmi, saling mengenal satu sama lain, tidak hanya nilai sosialnya, tapi juga ada nilai sejarahnya, upacara adat syawalan di pekalongan dimulai sejak 130-an tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1855 M. kali pertama yang mengelar hajatan  Syawalan ini adalah KH. Abdullah Sirodj yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso.

D.    CARA SOLUSI MAHASISWA DALAM MELESTARIKANNYA

Kita sebagai mahasiswa perlu melestarikan kebudayaan disetiap daerah kita sendiri, bukan hanya mahasiswa yang bergerak dalam melestarikannya tetapi semua warga indonesia, saya sebagai warga keturunan pekalongan, wajib melestarikan kebudayaan tersebut dengan cara ikut serta dalam penyelenggaraannya, menghargai dan menghormati kebudayaan yang sedang terlaksana, dan untuk lebih baiknya, warga pekalongan harus rutin dalam melaksanakan budaya upacara syawalan, biar budaya itu tetap terjaga kelestariannya

E.     DOKUMENTASI





SUMBER

No comments:

Post a Comment