A.
Asal-usul budayanya
Syawalan /
krapyakan / lopisan adalah upacara adat bagi umat Islam yang berada di
Pekalongan dan sekitarnya untuk menyaksikan pemotongan LOPIS RAKSASA oleh Walikota / Pejabat Muspida. Perlu
diketahui bahwa, Tradisi Syawalan yang rutin dilakukan oleh masyarakat Kota
Pekalongan ini sudah dimulai sejak 130-an tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1855
M. kali pertama yang mengelar hajatan Syawalan ini adalah KH. Abdullah
Sirodj yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso. Adapun silsilah
lengkapnya adalah sebagai berikut : KH Abdullah Sirodjo, putera RA Martoloyo,
putera Amir Zahid, putera Amir Sulaiman, putera R Tjondrodimerto, putera R
Surodimejo, putera Kyai Bahu Rekso, putera Kyai Ageng Tjempaluk, putera
Pangeran Nowo, putera pangeran Haryo Mangor, putera Waliyullah Abdul Muhyi
Pamijahan. Beliau wafat di Magelang sedangkan makam beliau terletak dikompleks pemakaman
Masjid Payaman Magelang, yang hingga kini makamnya masih banyak dikunjungi
peziarah dari segenap penjuru tanah air, khususnya Jawa Tengah, baik pagi,
siang, sore ataupun malam hari sepanjang tahun. Adapun Khoulnya bertepatan
dengan Syawalan disini (Kota Pekalongan) yaitu tanggal 8 Syawal tahun hijriyah.
Kembali
pada pokok permasalahan, pada tanggal 8 Syawalnya, masyarakat Krapyak berhari
raya kembali setelah berpuasa 6 hari, dalam kesempatan ini, merekapun membuat
acara ‘open house’ menerima para tamu baik dari manca desa maupun manca kota.
Hal ini diketahui oleh masyarakat diluar krapyak, sehingga merekapun tidak
mengadakan kunjungan silaturahmipada hari-hari antara tanggal 2 hingga 7 dalam
bulan Syawal, melainkan berbondong-bondong berkunjung pada tanggal 8 Syawal.
Yang demikian ini berkembang luas, bahkan meningkat terus dari masa ke masa
sehingga terjadilah tradisi Syawalan seperti sekarang ini. Demikianlah asal
mulanya terjadi Syawalan. Sedikit tentang mengapa beliau wafat dan dikebumikan
di Magelang : Kota Pekalongan, tepatnya Krapyak ini, beliau pernah mendirikan
suatu organisasi untuk menggembleng para pemuda, baik jasmani maupun rohani
mereka guna menghadapi penjajah Belanda, organisasi tersebut bernama WAROQOTUL
ISLAM. Namun sayang seribu sayang, baru ditengah perjalanan, hal terendus oleh
penjajah Belanda dan tak ayal pemerintahan Belanda memerintahkan untuk
menangkap KH Abdullah Sirodj hidup atau mati. Oleh para santrinya, beliau
diamankan di Magelang. Ditempat pengungsian ini beliau meraih berbagai
kesuksesan diberbagai bidang. Dan pada gilirannya beliau dipinang untuk
dijadikan menantu oleh Bupati Magelang pada saat itu dan dijadikan sebagai
kepala RAT Igama (sekarang Kepala Kantor Departemen Agama). Akhirnya beliau
wafat di Magelang. Semasa hidupnya KH Abdullah Sirodj akrab dipanggil dengan
sebutan Mbah Agung Sirodj. ( Sumber Kantor Pariwisata & Kebudayaan )
B. KEUNIKANNYA
Pada upacara
adatnya dilaksanakan pemotongan LOPIS RAKSASA yang mempunyai ukuran diameter
150 cm, berat 185 kg dan tinggi 110 cm, diselenggarakan
1 minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Dan masyarakat sekitar membuat acara
‘open house’ menerima para tamu baik dari manca desa maupun manca kota. Dan seminggu
setelah Hari Raya Idul Fitri. Rangkaian acara dalam kegiatan ini terdiri dari
Ngarak Tumpeng Nasi Megono (Megono Gunungan) setinggi 2 meter, dan diakhiri
dengan makan nasi megono gratis bagi para pengunjung. Kemudian ada penerbangan
balon, balon disini bukan balon Udara yang
bisa ditumpangi, tetapi balon yang diisi asap hitam dan digantungi petasan.
Acara ini juga menjadi primadona di Kota Pekalongan ketika Syawalan.
Dimulai dari jam 6 kurang, langit di Kota Pekalongan sudah ramai dengan
balon-balon dari beberapa desa dan kelurahan di Kota Pekalongan. Dan suara
petasan sudah mulai terdengar pada waktu itu. Balon ini ada yang dibuat dengan
plastik yang biasa untuk persawahan dan ada yang dibuat dengan kertas yang
biasa dipakai untuk membuat Layang-layang. Acara ini juga menjadi acara yang
ditunggu-tunggu warga Pekalongan, dari anak-anak kecil sampai orang tua ikut
meramaikan penerbangan balon ini. Yang ditunggu-tunggu dari balon ini terutama
adalah suara Petasannya yang menggelegar. Selain itu, desain dari balon kertas
yang indah juga menjadi hal yang ditunggu-tunggu.
C. NILAI NILAI SEJARAH LOKAL YANG MELATARBELAKANGINYA
Budaya upacara
adat syawalan melatarbelakangi nilai
nilai sosial diantaranya seperti masyarakat sekitar membuat acara ‘open house’
menerima para tamu baik dari manca desa maupun manca kota, mereka saling
bersilahturahmi, saling mengenal satu sama lain, tidak hanya nilai sosialnya,
tapi juga ada nilai sejarahnya, upacara adat syawalan di pekalongan dimulai
sejak 130-an tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1855 M. kali pertama yang
mengelar hajatan Syawalan ini adalah KH. Abdullah Sirodj yang merupakan
keturunan dari Kyai Bahu Rekso.
D. CARA SOLUSI MAHASISWA DALAM MELESTARIKANNYA
Kita sebagai
mahasiswa perlu melestarikan kebudayaan disetiap daerah kita sendiri, bukan
hanya mahasiswa yang bergerak dalam melestarikannya tetapi semua warga
indonesia, saya sebagai warga keturunan pekalongan, wajib melestarikan
kebudayaan tersebut dengan cara ikut serta dalam penyelenggaraannya, menghargai
dan menghormati kebudayaan yang sedang terlaksana, dan untuk lebih baiknya,
warga pekalongan harus rutin dalam melaksanakan budaya upacara syawalan, biar
budaya itu tetap terjaga kelestariannya
E.
DOKUMENTASI
SUMBER



No comments:
Post a Comment